Saringan Tiga Kali
by
Kyo Rizki Han
- Rabu, September 06, 2017
Gosip
atau ghibah dalam bahasa arab merupakan kegiatan menceritakan perilaku orang
lain yang biasanya terkait hal-hal negatif. Pelaku ghibah biasanya tidak merasa
bersalah dan didahului dengan kalimat “bukan bermaksud menjelek-jelekan tapi
memang fakta loh ya…” “bukan bermaksud mengungkit tapi ….” dan masih banyak
lagi kalimat serupa. Dalam kehidupan bermasyarakat, ghibah menjadi kebiasaan
yang disukai kaum perempuan. Terkadang terjadi juga di kalangan laki-laki.
Muslim
yang baik sembaiknya mampu menghindari perilaku ghibah yang kini sudah dianggap
lumrah oleh masyarakat. Dalam sebuah hadist riwayat muslim menceritakan
“ Tahukah kalian apa itu ghibah
(menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.
Kemudian beliau bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu
sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau
yang kami katakan itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau menjawab : Jika
yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika
apa yang kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah
(mengucapkan suatu kedustaan).”
Ada
beberapa Godaan bergosip yang harus ditahan antara lain, godaan rasa penasaran.
Bermula dari obrolan teman-teman yang akhirnya berujung menceritakan orang
lain. Padahal mereka sama-sama tidak tahu pasti kebenarannya, misalnya “katanya
kan si Fulan Selingkuh dengan si Fulana” bak gayung bersambut teman-teman lain yang mendengarkan mentah-mentah
mempercayai bahwa kabar itu sudah pasti
benar.
Godaan
selanjutnya yakni mendekati sumber gibhah. Meskipun kita mencoba untuk tidak ikut
bergosip. namun terdengar tanpa sengaja rumor
dari orang – orang yang tengah mengobrol. Sebaiknya mencegah tanpa menggurui
untuk menghentikan obrolan atau pergi. Dari penasaran berlanjut ke rasa ingin
tahu dan memutuskan bertanya pada perantara kabar untuk meminta klarifikasi.
Lalu meneruskan kebenaran rumor tersebut pada orang lain.
Allah SWT jelas melarang perbuatan ghibah. ”Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al hujurat : ayat 12)
Ganjaran
yang akan di terima pelaku gibhah pun
tak ringan “Dan bunuhlah mereka di mana
saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir
kamu (Mekah); dan fitnah, itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan
janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka
memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka
bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir”. (Q.S. Al Baqoroh ayat 191).
Menumbuhkan karakter
terpelajar dan intelektual berarti menjadi pribadi yang lebih selektif dalam
menyaring informasi tidak hanya mencari informasi. Mengingat maraknya berita
hoax yang tersebar di dunia maya. Yang menjurus pada perbuatan ghibah bahkan fitnah, lantas bagaimana
cara menyikapinya?
Alkisah suatu hari seorang
pria tua bertemu dengan seorang pedangan dan berkata
“Pak
Tua, tahukah Anda apa yang baru saja Saya dengar mengenai salah seorang teman Anda?”
“tunggu
sebentar” jawab Pak Tua, “sebelum Anda memberitahukan sesuatu, Saya ingin Anda
melewati sebuah ujian kecil. Ujian
tersebut dinamakan ujian saringan tiga kali.”
“saringan
tiga kali?” Tanya pedangan tersebut. “betul,” lanjut Pak Tua.
“sebelum
Anda mengatakan kepada Saya mengenai teman Saya, mungkin ide yang bagus
menyediakan waktu sejenak menyaring apa yang akan Anda katakan. Itulah kenapa Saya
sebut ujian saringan tiga kali.
Saringan
yang pertama adalah kebenaran. “sudah yakinkah bahwa apa yang akan Anda katakan
kepada Saya memang benar?”
“tidak”
kata Pedangan tersebut. Sesungguhnya Saya baru saja mendengarnya dan ingin
memberitahukannya kepada Anda”. Baiklah kata Pak Tua. “jadi Anda benar-benar
tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak.”
Sekarang
mari Kita coba saringan kedua, yaitu kebaikan. “apakah yang akan Anda katakan
kepada Saya mengenai teman Saya adalah sesuatu yang baik?”
“tidak,
sebaliknya, mengenai hal yang buruk.”
“jadi,
lanjut Pak Tua, “Anda ingin mengatakan kepada Saya tentang sesuatu yang buruk
mengenai Dia kepada Saya, tetapi Anda tidak yakin bahwa itu benar.”
Anda
mungkin masih bisa lulus ujian selanjutnya, yaitu kegunaan. “apakah apa yang
ingin Anda beritahukan kepada Saya tentang teman Saya akan berguna untuk Saya?”
“tidak,
sungguh tidak,”jawab Pedagang tersebut.
“kalau
begitu jika apa yang ingin Anda beritahukan kepada Saya tidak benar, tidak
baik, bahkan tidak berguna untuk Saya, kenapa Anda ingin menceritakanya kepada Saya?”
Sebuah
panah yang telah melesat dari busur dan membunuh jiwa yang tak bersalah dan
kata-kata yang telah diucapkan yang menyakiti hati seseorang, keduanya tidak
akan bisa ditarik kembali. Jadi sebelum berbicara, gunakanlah saringan tiga
kali.
Dengan
demikian akan mudah menghentikan gosip/ ghibah secara mendadak karena gosip
seperti apa yang bisa disebut benar, baik dan berguna.
Kebenaran
menjadi tonggak saringan informasi yang sangat penting saat ini, dari sekian
banyak informasi yang mudah didapat dalam sepersekian detik namun belum
tentu semua dapat kita klasifikasi kebenaranya. Saringan kebenaran sebagai upaya
tabayun menanggapi informasi yang masuk tidak sembarangan diserap.
Seperti
hal nya makanan yang kita konsumsi tidak hanya harus halal tapi juga baik,
begitupun kabar yang kita terima sebaiknya pertimbangkan juga sisi kebaikan
yang akan kita dapatkan. Tidak hanya untuk diri sendiri namun juga orang yang
menjadi subjek kabar tersebut. Itu sebabnya kita membutuhkan saringan kebaikan
Meskipun
kabar yang kita terima tidak layak lolos saringan pertama dan kedua, namun bisa
jadi kabar itu lulus saringan ketiga, yaitu kegunaan. Menjadi pertimbangan
apakah ini bisa menjadi pembelajaran untuk mewanti-wanti agar tidak mengalami
keburukan serupa.
Ghibah
diwajibkan disaat – saat tertentu dan hukumnya menjadi wajib jika itu terjadi
untuk menyelamatkan orang lain dari bencana atau sesuatu yang kurang baik. Misalnya, ada seorang pria atau wanita yang ingin
menikah. Dia meminta nasihat tentang calon pasangannya. Maka, si pemberi
nasihat wajib memberi tahu keburukan atau aib calon pasangannya sesuai dengan
fakta yang diketahui pemberi nasihat.
Di
era digital ini semuda mendapatkan informasi kebaikan semuda itu pula
mendapatkan informasi keburukan. Sebaiknya kita sendiri yang lebih disiplin
menahan hawa nafsu untuk tidak tergoda menerima kabar yang simpang siur. Dan berusaha
semaksimal mungkin mencegah menceritakan saudara seiman saat berkumpul bersama
teman.